( Ibrahim Mursandi anak penderita OI )
Rumah Sakit M Djamil
Padang kembali ‘menemukan’ pasien dengan tulang rapuh. Ibrahim Mursandi, 12
tahun, asal Gantiang, Koto Buruk, Lubuk Aluang, Padang Pariaman. Ia dirawat di
ruang yang sama dengan Adzka, bayi berusia enam bulan yang telah lebih dulu
diberikan pengobatan.
Menurut
ibunya Nurnentis, 40 tahun, penyakit Ibrahim telah dideteksi sejak usia satu
tahun. Ia dibawa ke dokter anak dan tulang.
“Kata
dokter cuma bengkok,” ujarnya di RS M. Djamil Padang Kamis (8/12). Suami
Nurnentis, Saparnisan, 45 tahun, mengatakan, nyaris tak ada perawatan berarti
yang diberikan kepada Ibrahim.
Penuturan
Saparnisan, akibat tulang anaknya yang rapuh, Ibrahim melakukan segala
aktivitas di atas tempat tidur. Aktivitas di atas tempat tidur itu terus
berlangsung hingga usia 12 tahun.
Kondisi
fisiknya hampir mirip dengan Adzka. Anggota tubuhnya seperti badan, tangan,
sangat lunak. Ia juga tak bisa berjalan. “Saya tak berani menggendongnya,”
tutur Saparnisan.
Meski
begitu, Ibrahim masih bisa berbicara meski suaranya tak jelas. Lebiih
jauh disebutkan, dalam keluarganya, hanya Ibrahim yang mengalami penyakit ini.
Adik Ibrahim lahir dan tumbuh dalam keadaan normal.
Kondisi
demikian, sebelumnya juga terjadi pada Adzka. Dari hasil scan dokter terhadap
Adzka, bayi Afridawati ini dideteksi sudah terjadi patahan di empat
lokasi yaitu dua patahan di tangan, satu patahan di kaki dan satu patahan di
dada. Bahkan, patahan tulang juga sudah terjadi sejak Aska masih dalam
kandungan.
Afridawati
menyebutkan, karena kondisi tulang yang rapuh itu, Aska hanya diberi Air Susu
Ibu (ASI) melalui dot dan selanjutnya diberi susu tambahan. “Sejak lahir Aska
tidak pernah digendong untuk menyusukannya,” ujarnya.
Dokter
RS M. Djamil belum melakukan pemeriksaan terhadap Ibrahim. Menurut Humas RS M.
Djamil Gustafianof, kemungkinan pemeriksaan oleh tim dokter akan dilakukan pada
Jumat (9/12).
Penyakit
Karena Gen
Dokter
anak RS M Djamil Padang Eka Agustiarini mengatakan, penyakit tulang rapuh,
yang dalam istilah kedokteran disebut Osteogenesis Imperfecta (OI) atau brittle bones merupakan salah satu penyakit langka.
“Ia dialami oleh satu dari dua puluh ribu anak,” katanya.
Menurutnya,
penyakit ini merupakan bawaan yang ditandai dengan kerapuhan berlebihan
tekstur tulang bayi yang baru lahir. Terkadang, tulang dari mereka yang
menderita patah tulang tanpa alasan, beberapa patah tulang mencapai di masa
yang sangat singkat, yang membuat perkembangan fisik dan motorik anak-anak dan
perkembangan mereka dipengaruhi sedikit lebih lambat.
Penyakit
ini disebabkan dua gen, COL1A1 dan COL1A2 yang bisa ditemukan pada kromosom 17
dan 7. Menurutnya, butuh waktu lama untuk memperkuat tulang. “Untuk Adzka, kita
telah melakukan terapi parmidronat guna memperkuat tulang pasien. Obatnya itu
diinfus secara berkala dan jangka panjang,” ujarnya.
Eka
memprediksi, terapi tersebut rutin dilakukan hingga usia 18 tahun. Harus ada
pelatihan-pelatihan ringan supaya tulang tengkorak juga tumbuh dengan baik.
Harapan
hidup pasien menurut Eka Agustiarini sangat besar apabila terapi dilakukan
secara benar. Tulang pasien akan lebih kuat dan bisa beraktivitas sebagaimana
anak seuasianya yang lain seperti berjalan meskipun dengan menggunakan alat
seperti tongkat.
Di RS
M. Djamil sendiri, kata Eka, telah dirawat kasus seruap sebanyak empat orang
aak. Dua di antaranya masih menjalani perawatan.
Sumber berita : Harian haluan
No comments:
Post a Comment